Penulis : Rahmat Hidayat Nasution
Ramadhan selalu meninggalkan 'kesan' yang cukup signifikan bagi umat Islam. Kesan yang ditinggalkan bukanlah hanya sekedar menyadarkan bahwa Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, kasih sayang, pengampunan, dan bulan pelipatgandaan pahala. Tapi, Ramadhan meninggalkan kesan agar umat Islam terus meningkatkan keimanan dan membangkitkan semangat untuk selalu memberi manfaat bagi orang lain dengan cara rajin beramal shaleh.
Karena yang hanya dipanggil oleh Allah SWT untuk berpuasa adalah orang yang beriman, dan tujuan berpuasa adalah untuk membentuk orang yang beriman menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah aktif membantu orang lain dan beramal shaleh. Maka cukup tepat apa yang dikatakan Rasulullah SAW, "Dua hal yang tiada sesuatu pun melebihi keunggulannya; Iman kepada Allah dan bermanfaat bagi kaum muslimin."
Kenapa iman kepada Allah dan memberi manfaat bagi orang lain menjadi hal yang paling unggul? Karena, hanya untuk itulah manusia hidup di dunia ini. Jika tidak mampu menjalani keduanya dengan seiring, maka dapat dipastikan akan menjadi manusia yang merugi atau gagal. Hal ini disitir dalam Al-Qur'an surat Al-'Ashr ayat 1-3, "Demi masa. Manusia dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh. Dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati dalam kesabaran."
Subhanallah. Cukup indah tugas hidup manusia di bumi ini. Allah SWT sudah mentakdirkan hidup umat Muhammad yang sukses harus selalu selaras antara hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Dengan keyakinan yang mantap dan ditopang dengan rasa persaudaraan dan kebersamaan yang kuat, mampu menggagas hidup sejahtera dalam dua kehidupan. Kehidupan dunia dan kehidupan akhirat nantinya.
Jaminan kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan semakin jelas dirasakan ketika kita terus menggali firman-firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an dan menelaah sabda-sabda Rasulullah SAW. Di antaranya, Sabda Rasulullah SAW yang bertutur, "Siapa yang bangun di pagi hari tidak berniat berbuat dzalim kepada siapa pun, maka diampuni Allah kesalahannya yang telah lalu. Dan siapa yang bangun di pagi hari dengan niat menolong orang yang teraniaya dan mencukupi kebutuhan orang muslim, maka ia memperoleh pahala seperti pahala haji mabrur."
Tak lepas rasanya rangkaian tasbih (subhanallah) yang kita lantunkan ketika melihat beragam jaminan yang Allah berikan kepada orang yang terus meningkatkan keimananannya dan memperkuat rasa ingin selalu memberi manfaat kepada orang lain. Cukup berbahagia kita yang dididik di Ramadhan untuk senantiasa bersedekah. Karena sedekah yang diajarkan adalah salah satu trik agar kita digolongkan menjadi orang yang selalu memberi manfaat kepada orang lain.
Selain itu, kita juga harus tahu hal apa yang dibenci Allah SWT. Karena dengan memahami hal tersebut secara komplit, kita bisa membentuk diri menjadi umat Muhammad yang sukses secara total. Rasulullah SAW bersabda, "Dua hal yang tiada sesuatu apa pun yang melebihi jahatnya, yaitu menyekutukan Allah dan mendatangkan kemudharatan (bahaya) kepada kaum muslimin."
Jadi, jika kita bisa meraih keimanan yang mantap dan senantiasa memberi manfaat untuk orang lain, otomatis kita tidak akan masuk sebagai kategori orang yang digolongkan "jahat" dalam penilaian hadits Rasulullah tersebut.
Dalam kitab Nashaaihul 'Ibad yang dikarang oleh Imam Nawawi Al-Bantani, termaktub sebuah atsar yang diriwayatkan dari Uwais Al-Qarniy. Ia menyatakan, dalam pengembaraan, aku bertemu dengan seorang Rahib dan aku bertanya kepadanya, "Hai Rahib, manakah anak tangga pertama yang harus dititi oleh seorang murid (orang yang ingin meraih kemuliaan di sisi Allah)?" Si Rahib pun menjawab, "Meninggalkan kedzaliman dan menyelesaikan permasalahan dengan manusia, karena amal perbuatan hamba tidak dapat naik jika ia masih menanggung beban atau kedzaliman."
Terakhir, agar lebih kamil pemahaman kita tentang tingginya nilai iman dan memberi manfaat bagi orang lain, mari kita renungkan hadits Rasulullah SAW ini, "Hamba yang paling dicintai Allah SWT adalah yang paling bermanfaat untuk manusia, dan perbuatan yang paling mulia adalah menumbuhkan rasa kebahagiaan atau kesenangan dalam hati orang mukmin dengan cara menghilangkan kelaparan, menyelesaikan kesulitan, atau membayarkan hutangnya."
Diharapkan tarbiyah (pendidikan) yang dibina di Ramadhan mampu menghantarkan kita untuk senantiasa meningkatkan keimanan kepada Allah dan mempertebal rasa ingin selalu bermanfaat untuk orang lain. Intinya, semoga kita termasuk golongan yang dikatakan Rasulullah SAW, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain." Aamiin.
|